Tema : Politik
Pengarang :
Acmad Zidan Choirul Atok
Tokoh & Sifat : - Zidan & Wildan : Adik &
kakak yang saling
menjaga , merawat , satu sama lain saling
menyayangi .
- Gerva (Polisi) : Cerdas , berwibawa , kaya tapi sederhana ,
suka menolong.
- Fajri ( Pelayan ) : Tertib , ramah , murah senyum.
- Ipop ( Polisi ) : Jahat , tidak memiliki
perasaan ,suka menutupi kesalahan , menghalalkan berbagai cara , pejabat yang korup.
SINOPSIS DRAMA
Seorang Polisi berusaha
memecahkan kasus korupsi yang dalang besarnya belum di ketahui .Secara berkala
mulai menemui segala kejanggalan disertai petunjuk.akhirnya Polisi tersebut kenal dengan Zidan dan Wildan yang dimana
mereka dipisahkan oleh maut.Sosok Wildan yang membayangi sang Polisi dan akhirnya meninggalkan surat sebagai petunjuk
, yang penasaran akan maksud surat
kembali ke pemakaman dan mengetahui bahwa Zidan dan Wildan adalah saudara
kembar.Setelah bukti dirasa cukup , mereka berhasil mengungkap kasus korupsi yang dalang besarnya adalah pejabat
kantor pajak dan sekaligus mengungkap terbunuhnya saudara kembar Zidan yaitu Wildan
yang di bunuh oleh orang suruhan dari si Pejabat karena Wildan
mengetahui kasus korupsi si Pejabat tersebut
Di sebuah
pemakaman sore hari
Setting
panggung : terdapat beberapa ornamen batu nisan, beberapa bunga
Gervais : “Bagaimana
ini? Ada satu kasus pembunuhan yang belum terselesaikan, padahal jika kasus itu
terungkap, maka terbongkarlah dalang besar dibalik kasus korupsi pajak negara”
Zidan : “Anda sedang apa?”
Gervais : (kaget) “Saya
sedang, sedang mencari makam kakek saya”
Zidan : (pergi) “Permisi”
Gervais : “Makam kakek?
Hmmmm”
Di sebuah kedai makanan
Setting panggung : terdapat beberapa
kursi dan meja, dan daftar menu serta papan nama kedai
Gervais : “Hari ini
cukup sepi tugas, sekarang seperti biasa, saatnya makan siang di kedai ini”
Pelayan : “Selamat siang pak
polisi, (melihat pak polisi yang menatap sang gitaris) Dia adalah gitaris baru
disini”
Gervais : “Oohh,
begitu”
Pelayan : “Ya sudah, silahkan duduk dulu, biar saya ambilkan
pesanan pak Gervais, seperti biasa kan?’
Gervais : (sambil melamun
permainan sang gitaris) “Iya”
Sang gitaris pergi
Gervais : (menyusul
gitaris) “Tunggu!”
Wildan : “Maaf, anda
menghalangi jalan saya”
Gervais : “Oh, maaf
saya tidak sengaja, hmmm, ngomong – ngomong saya ingin ....”
Wildan : (cuek) “Permisi, saya
masih ada urusan”
Gervais : “Permainan
gitarmu sangat bagus”
Di depan rumah pak Gervais
Setting panggung : ada beberapa kursi dan
satu meja, dan vas bunga
Gervais : “Hujannya
deras sekali, padahal tadi cerah. Ha? Siapa itu? Kasihan dia kehujanan, tapi
sepertinya aku pernah melihatnya, lahh, itu kan pemuda kemarin, gitaris itu,
aku harus mengajaknya berteduh”
Setelah mengambil payung
Gervais : “Hai”
Wildan : (tersenyum datar)
Gervais : “Bukannya
kemarin kita bertemu di kedai ya?”
Wildan : (mengangguk dingin)
Gervais : (mengulurkan
tangan) “Oh ya, kenalkan, saya Gerva”
Wildan : (tanpa membalas jabat
tangan) “Wildan”
Gervais : “Mari, berteduh saja di rumahku, hujannya semakin deras”
Di teras depan rumah
Setting panggung : ada beberapa kursi dan
satu meja, dan vas bunga
Gervais : “Tunggu
sebentar ya nak”
Wildan : (hanya mengangguk)
Gervais keluar membawa minuman hangat, tetapi tidak ada siapapun
Gervais : “Nunggu
lama ya?. Ha! Dimana dia? ... apa ini? .. sebuah surat?” (membaca surat
tersebut) “aku mohon, jagalah dia, hidupnya sudah cukup menderita, dan
tolonglah aku, ada seorang penguasa yang semena – mena, ia sudah lama mengambil
uang haram dengan politik busuknya, dia adalah pimpinan sebuah kantor pajak
yang bekerja akhir – akhir ini, orang itu telah membuatku tutup mulut untuk selama
– lamanya”
Satu bulan kemudian di pemakaman
Setting panggung : terdapat ornamen batu
nisan dan beberapa bunga
Gervais : (berfikir)
“Selama satu bulan ini aku bertanya – tanya, mengapa gitaris itu sudah tidak
lagi menampakkan batang hidungnya? Dan apa maksud surat tersebut?”
Zidan : (mengagetkan) “Siapa
anda? Mengapa anda berdiri didepan makam kakak saya? Siapa anda?”
Gervais : (kaget) “Tenang,
tenang dulu, saya adalah orang yang sebulan lalu pernah mengatakan bahwa
permainan gitarmu sangat bagus, dan kamu juga pernah ke rumah saya saat hujan
deras, tapi kamu pergi begitu saja saat aku mengambilkan minuman hangat, kamu
meninggalkan sepucuk surat yang sangat membingungkanku”
Zidan : (bingung) “ Kerumah
anda? Surat? Mungkin anda salah orang. Tunggu, bukankah anda orang yang dulu
mencari makam kakek anda? Apa anda sudah menemukannya? Dan perlu anda ketahui,
yang ada dihadapan anda sekarang ini bukan makan kakek anda, ini adalah makam
kakak saya, dan lebih baik anda pergi sekarang! Karena saya tidak suka ada orang
asing yang menghampiri makam kakak saya”
Gervais : (terdiam
bingung)
Zidan : “Anda bisa pergi
sekarang?”
Gervais : “Hmmmm, Wildan,
sebenarnya...”
Zidan : (menyela) “Wildan?
Dari mana anda mengenal nama kakak saya? Wildan sudah meninggal beberapa bulan
lalu, anda tahu mengapa? Itu semua karena dia dibunuh oleh orang yang tidak
bertanggungjawab”
Gervais : “Tunggu,
boleh saya tahu siapa namamu?”
Zidan : “Zidan”
Gervais : (terkejut)
“Jadi kalian saudara kembar?
Zidan : (sedih) “Iya, dia
satu – satunya keluargaku kami sudah berjanji saling menjaga satu sama lain,
namun setelah ia meninggal, seakan ragaku kini terpecah belah, seakan aku tak
sanggup melanjutkan hidup ini, sangat sulit berjalan sendiri mengenang setiap
derap hidup berdua saja, dia adalah saudaraku yang selalu ceria, selalu punya
cerita, selalu memainkan gitar dengan bagus dan indah, dia keluagaku satu –
satunya. Bukankah tadi anda bilang kalau melihat saya datang kerumah anda lalu
meninggalkan sebuah surat?’
Gervais : “Benar,
setelah saya berfikir, mungkin itu sosok kakakmu yang datang memberikan
petunjuk siapa dalang dibalik pembunuhan kakakmu”
Zidan : “Benarkah? Siapa
pembunuh sebenarnya?”
Gervais : “Itu belum
kuketahui secara pasti, untuk memastikannya, kuajak dirimu besok ke kantor pajak,
aku akan mengajak teman – teman Polisiku yang lain”
Zidan : “Kantor pajak?
Memang sebelum kakakku dibunuh, ia berada di kantor pajak untuk membayar pajak”
Keesokan harinya di kantor pajak
Setting panggung : terdapat meja, kursi,
papan nama pegawai kantor, tulisan papan kantor pajak, alat tulis, berkas –
berkas data, laptop dan vas bunga
Zidan : “Maaf pak, saya
ingin bertemu dengan Wildan”
Pejabat : (kaget) “Siapa
sebenarnya kamu? Mengapa kamu menghantuiku?”
Gervais : (menodong pistol) “Angkat tangan! Jelaskan sekarang Zidan!”
Zidan : “Baik pak pejabat,
kenapa anda kaget melihat saya seperti melihat hantu? Apakah anda pernah
melihat saya sebelumnya? Atau anda pernah melakukan sesuatu yang keji terhadap
seseorang demi menutupi kesalahan anda?”
Pejabat : (tergagap) “Baiklah
saya, akan menjelaskan kepada kalian semua. saya pernah memerintahkan seseorang
untuk membunuhmu! Untuk menutupi kasus penggelapan uang pajak, karena dirimu
telah memergoki perbuatanku, lalu aku panik dan menyuruh orang suruhan untuk
membunuhmu, kenapa dirimu masih hidup?”
Zidan : (menyentak) “Aku
adalah adik dari saudara kembarku yang kau bunuh! sebenarnya orang yang kau
maksud itu adalah kakakku, kembaranku, ia sudah terbunuh oleh orang suruhanmu
yang sekarang ini sudah dipenjara, tapi kau sendiri masih dengan nikmat duduk
di atas penderitaan orang dan diatas dosa – dosamu! Orang macam apa kau ini!
Kemunafikanmu terlalu manis!”
Pejabat : (menyesal) “Sebenarnya
akhir – akhir ini aku telah dihantui oleh sosok kakakmu, sehingga aku sangat
tertekan, baiklah jika kalian ingin menangkapku, aku akan mempertanggungkan
segalanya, aku sudah tidak kuat dengan jeritan bayangnya”
Gervais : “Baik!
Pasukan! Tangkap dia!”
Selesai ^^
