Powered By Blogger

East Java Time

Jumat, 08 April 2016

PEMAKAMAN LANGIT UJUNG SENJA



Tema              :          Politik
Pengarang      :           Acmad Zidan Choirul Atok
Tokoh & Sifat :         - Zidan & Wildan  : Adik & kakak yang saling
 menjaga , merawat , satu sama lain saling menyayangi .
- Gerva (Polisi)  : Cerdas , berwibawa , kaya tapi sederhana , suka menolong.
- Fajri ( Pelayan ) : Tertib , ramah , murah senyum.
- Ipop ( Polisi )   : Jahat , tidak memiliki perasaan ,suka menutupi kesalahan , menghalalkan berbagai cara , pejabat yang korup.
SINOPSIS DRAMA
            Seorang Polisi berusaha memecahkan kasus korupsi yang dalang besarnya belum di ketahui .Secara berkala mulai menemui segala kejanggalan disertai petunjuk.akhirnya Polisi tersebut kenal dengan Zidan dan Wildan yang dimana mereka dipisahkan oleh maut.Sosok Wildan yang membayangi sang Polisi dan akhirnya meninggalkan surat sebagai petunjuk ,  yang penasaran akan maksud surat kembali ke pemakaman dan mengetahui bahwa Zidan dan Wildan adalah saudara kembar.Setelah bukti dirasa cukup , mereka berhasil mengungkap  kasus korupsi yang dalang besarnya adalah pejabat kantor pajak dan sekaligus mengungkap terbunuhnya saudara kembar Zidan yaitu Wildan yang di bunuh oleh orang suruhan dari si Pejabat karena Wildan mengetahui kasus korupsi si Pejabat tersebut


Di sebuah pemakaman sore hari
Setting panggung : terdapat beberapa ornamen batu nisan, beberapa bunga

Gervais :          “Bagaimana ini? Ada satu kasus pembunuhan yang belum terselesaikan, padahal jika kasus itu terungkap, maka terbongkarlah dalang besar dibalik kasus korupsi pajak negara”
Zidan :   “Anda sedang apa?”
Gervais :          (kaget) “Saya sedang, sedang mencari makam kakek saya”
Zidan :   (pergi) “Permisi”
Gervais :          “Makam kakek? Hmmmm”
Di sebuah kedai makanan
Setting panggung : terdapat beberapa kursi dan meja, dan daftar menu serta papan nama kedai

Gervais :          “Hari ini cukup sepi tugas, sekarang seperti biasa, saatnya makan siang di kedai ini”
Pelayan  : “Selamat siang pak polisi, (melihat pak polisi yang menatap sang gitaris) Dia adalah gitaris baru disini”
Gervais :          “Oohh, begitu”
Pelayan : “Ya sudah, silahkan duduk dulu, biar saya ambilkan pesanan pak Gervais, seperti biasa kan?’
Gervais :          (sambil melamun permainan sang gitaris) “Iya”
Sang gitaris pergi
Gervais :          (menyusul gitaris) “Tunggu!”
Wildan : “Maaf, anda menghalangi jalan saya”
Gervais :          “Oh, maaf saya tidak sengaja, hmmm, ngomong – ngomong saya ingin ....”
Wildan : (cuek) “Permisi, saya masih ada urusan”
Gervais :          “Permainan gitarmu sangat bagus”
Di depan rumah pak Gervais
Setting panggung : ada beberapa kursi dan satu meja, dan vas bunga

Gervais :          “Hujannya deras sekali, padahal tadi cerah. Ha? Siapa itu? Kasihan dia kehujanan, tapi sepertinya aku pernah melihatnya, lahh, itu kan pemuda kemarin, gitaris itu, aku harus mengajaknya berteduh”
Setelah mengambil payung
Gervais :          “Hai”
Wildan : (tersenyum datar)
Gervais :          “Bukannya kemarin kita bertemu di kedai ya?”
Wildan : (mengangguk dingin)
Gervais :          (mengulurkan tangan) “Oh ya, kenalkan, saya Gerva”
Wildan : (tanpa membalas jabat tangan) “Wildan”
Gervais : “Mari, berteduh saja di rumahku, hujannya semakin deras”
Di teras depan rumah
Setting panggung : ada beberapa kursi dan satu meja, dan vas bunga

Gervais :          “Tunggu sebentar ya nak”
Wildan : (hanya mengangguk)
Gervais keluar membawa minuman hangat, tetapi tidak ada siapapun
Gervais :          “Nunggu lama ya?. Ha! Dimana dia? ... apa ini? .. sebuah surat?” (membaca surat tersebut) “aku mohon, jagalah dia, hidupnya sudah cukup menderita, dan tolonglah aku, ada seorang penguasa yang semena – mena, ia sudah lama mengambil uang haram dengan politik busuknya, dia adalah pimpinan sebuah kantor pajak yang bekerja akhir – akhir ini, orang itu telah membuatku tutup mulut untuk selama – lamanya”
Satu bulan kemudian di pemakaman
Setting panggung : terdapat ornamen batu nisan dan beberapa bunga
Gervais :          (berfikir) “Selama satu bulan ini aku bertanya – tanya, mengapa gitaris itu sudah tidak lagi menampakkan batang hidungnya? Dan apa maksud surat tersebut?”
Zidan :   (mengagetkan) “Siapa anda? Mengapa anda berdiri didepan makam kakak saya? Siapa anda?”
Gervais :          (kaget) “Tenang, tenang dulu, saya adalah orang yang sebulan lalu pernah mengatakan bahwa permainan gitarmu sangat bagus, dan kamu juga pernah ke rumah saya saat hujan deras, tapi kamu pergi begitu saja saat aku mengambilkan minuman hangat, kamu meninggalkan sepucuk surat yang sangat membingungkanku”
Zidan :   (bingung) “ Kerumah anda? Surat? Mungkin anda salah orang. Tunggu, bukankah anda orang yang dulu mencari makam kakek anda? Apa anda sudah menemukannya? Dan perlu anda ketahui, yang ada dihadapan anda sekarang ini bukan makan kakek anda, ini adalah makam kakak saya, dan lebih baik anda pergi sekarang! Karena saya tidak suka ada orang asing yang menghampiri makam kakak saya”
Gervais :          (terdiam bingung)
Zidan :   “Anda bisa pergi sekarang?”
Gervais :          “Hmmmm, Wildan, sebenarnya...”
Zidan :   (menyela) “Wildan? Dari mana anda mengenal nama kakak saya? Wildan sudah meninggal beberapa bulan lalu, anda tahu mengapa? Itu semua karena dia dibunuh oleh orang yang tidak bertanggungjawab”
Gervais :          “Tunggu, boleh saya tahu siapa namamu?”
Zidan :   “Zidan”
Gervais :          (terkejut) “Jadi kalian saudara kembar?
Zidan :   (sedih) “Iya, dia satu – satunya keluargaku kami sudah berjanji saling menjaga satu sama lain, namun setelah ia meninggal, seakan ragaku kini terpecah belah, seakan aku tak sanggup melanjutkan hidup ini, sangat sulit berjalan sendiri mengenang setiap derap hidup berdua saja, dia adalah saudaraku yang selalu ceria, selalu punya cerita, selalu memainkan gitar dengan bagus dan indah, dia keluagaku satu – satunya. Bukankah tadi anda bilang kalau melihat saya datang kerumah anda lalu meninggalkan sebuah surat?’
Gervais :          “Benar, setelah saya berfikir, mungkin itu sosok kakakmu yang datang memberikan petunjuk siapa dalang dibalik pembunuhan kakakmu”
Zidan :   “Benarkah? Siapa pembunuh sebenarnya?”
Gervais :          “Itu belum kuketahui secara pasti, untuk memastikannya, kuajak dirimu besok ke kantor pajak, aku akan mengajak teman – teman Polisiku yang lain”
Zidan :   “Kantor pajak? Memang sebelum kakakku dibunuh, ia berada di kantor pajak untuk membayar pajak”
Keesokan harinya di kantor pajak
Setting panggung : terdapat meja, kursi, papan nama pegawai kantor, tulisan papan kantor pajak, alat tulis, berkas – berkas data, laptop dan vas bunga
Zidan :   “Maaf pak, saya ingin bertemu dengan Wildan”
Pejabat : (kaget) “Siapa sebenarnya kamu? Mengapa kamu menghantuiku?”
Gervais : (menodong pistol) “Angkat tangan! Jelaskan sekarang Zidan!”
Zidan :   “Baik pak pejabat, kenapa anda kaget melihat saya seperti melihat hantu? Apakah anda pernah melihat saya sebelumnya? Atau anda pernah melakukan sesuatu yang keji terhadap seseorang demi menutupi kesalahan anda?”
Pejabat : (tergagap) “Baiklah saya, akan menjelaskan kepada kalian semua. saya pernah memerintahkan seseorang untuk membunuhmu! Untuk menutupi kasus penggelapan uang pajak, karena dirimu telah memergoki perbuatanku, lalu aku panik dan menyuruh orang suruhan untuk membunuhmu, kenapa dirimu masih hidup?”
Zidan :   (menyentak) “Aku adalah adik dari saudara kembarku yang kau bunuh! sebenarnya orang yang kau maksud itu adalah kakakku, kembaranku, ia sudah terbunuh oleh orang suruhanmu yang sekarang ini sudah dipenjara, tapi kau sendiri masih dengan nikmat duduk di atas penderitaan orang dan diatas dosa – dosamu! Orang macam apa kau ini! Kemunafikanmu terlalu manis!”
Pejabat : (menyesal) “Sebenarnya akhir – akhir ini aku telah dihantui oleh sosok kakakmu, sehingga aku sangat tertekan, baiklah jika kalian ingin menangkapku, aku akan mempertanggungkan segalanya, aku sudah tidak kuat dengan jeritan bayangnya”
Gervais :          “Baik! Pasukan! Tangkap dia!”
Selesai ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar